TENTANG KAMI

Association of East Java Silkworm Culture

Seperti ayam mati dilumbung padi. Begitu perumpamaan yang tidak asing bagi kita untuk menggambarkan orang yang tidak berdaya, terpuruk dalam kesulitan hidup sementara dia berada dilingkungan dengan sumberdaya yang melimpah. Perumpamaan ini bisa jadi menjadi ilustrasi  kondisi yang kita hadapi saat ini. Indonesia dengan segala kekayaan sum-berdaya alam yang gemah ripah lohjinawi masih juga ditemui masyarakatnya yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.


Pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,01 juta orang (10,86 persen), berkurang sebesar 0,50 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 28,51 juta orang (11,13 persen). Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur pada bulan Maret 2015 dibandingkan September 2014 naik sebesar 0,06 poin persen dari 12,28 persen pada September 2014 menjadi 12,34 persen pada Maret 2015. Pertanyaan mendasar  yang muncul mengapa semua ini bisa terjadi?. Seperti ayam mati di lumbung padi.


Fenomena di atas yang memberi inspirasi kita yang tergabung dalam kelompok SUTERA  JATIM untuk berupaya mencari terobosan baru, dengan memanfaatkan dan mengelola potensi sumberdaya alam yang ada sehingga menjadi produk yang bernilai ekonomi.  Salah satu alternatif yang prospektif dan didukung oleh potensi sumberdaya alam kita adalah budidaya ulat sutera jenis Samia cyntia, yang merupakan ulat sutera pemakan daun jarak dan daun singkong.


Pilihan terhadap budidaya ulat ini adalah karena; 1). Ketersediaan pakan daun jarak yang saat ini banyak tumbuh liar (bekas proyek tanaman jarak yang gagal masa lalu) dan tanaman singkong terutama singkong karet yang daunnya tidak dimanfaatkan 2) Kegiatan budidaya ulat sutera jenis ini sangat mudah dan dapat dikerjakan oleh petani dan ibu rumah tangga 3) Kegiatan budidaya ini merupakan padat karya dan tidak memerlukan teknologi tinggi sehingga dapat menjadi lapangan kerja baru 4) Produk kokon dari ulat ini menjadi bahan baku sutera yang berkualitas dan mempunyai nilai ekonomi tinggi 4). Saat ini bahan baku tekstil dan tenun terutama sutera masih impor dari China, India, Taiwan dan Negara Asia lainnya 5) Dengan metode budidaya sistem bertingkat maka lama waktu budidaya ditingkat petani relatif pendek yaitu lebih kurang 15 hari, sehingga penghasilan ditingkat petani relatif cepat.


Kegiatan budidaya ini sudah diawali dengan kegiatan penelitian bekerjasama dengan Bi-tech Indonesia dan akademisi serta tenaga ahli dari china. Dilanjutkan dengan pelatihan pengurus Cluster. Para pengurus Cluster kemudian akan melatih petani untuk melakukan budidaya ulat sutera. Bibit ulat dikembangkan oleh devisi breeding SUTERA JATIM selanjutnya akan ditetaskan oleh Cluster (merangkap fungsi sebagai hatcher) dan diberikan secara gratis kepada petani. Ada ikatan kontrak dengan petani bahwa cocoon yang dihasilkan akan dibeli oleh SUTERA JATIM.


Cocon yang dihasilkan oleh petani selanjutnya akan dipasarkan oleh SUTERA JATIM dalam bentuk seed cocoon, free cocoon, raw cocoon dan flat cocoon serta hasil samping berupa tepung cocon berprotein tinggi.


Agus Dharmawan.


5 komentar:

  1. BAGAIMANA CARANYA IKUT DALAM KOMUNITAS SUTERA ANDA PAK?

    BalasHapus
  2. apakah bisa belajar budidaya ulat sutera?

    BalasHapus
  3. Salam kenal,,saya dari pare-kediri ingin belajar Budi daya ulat sutera gimana caranya

    BalasHapus